Kami tiba di rumah sakit tanggal 19 Juni 2021, saat dimana covid memuncak. Jadilah saya dan suami perlu tes antigen dulu sebagai prosedur. Saat tiba di RS Elisabeth Semarang, saya bisa tes antigen disana. Sedangkan suami (pendamping), disarankan untuk tes di tempat lain untuk hemat waktu. Setelah mendapatkan hasil tes antigen (beruntung keduanya negatif), kami masuk ke kamar dan menunggu untuk operasi caesar keesokan harinya (tanggal 20 Juni 2021).
Kami memilih kamar dengan 1 ranjang dan 1 sofa, juga 1 kulkas kecil. Saya puasa mulai pukul 00.00 tanggal 20 Juni 2021, hingga lahirannya Tobias paginya sekitar pukul 8.
Saat lahir, diinfokan Tobias berat badannya cuma 2290 gram, lebih kecil dari prediksi dokter. Beruntungnya, Tobias cukup sehat sehingga tidak perlu masuk inkubator. Sejak itu, mulailah perjalanan kami sebagai orang tua. Kami bener-bener ga punya pengalaman menyusui ataupun merawat bayi. Tapi kami punya ipar yang bisa memberi masukan, yang sudah terlebih dulu punya pengalaman dalam membesarkan anak. Walopun begitu, memang semuanya masih terdengar abstrak menurut saya.
Saya mengusahakan DBF, walo tidak yakin apakah prosesnya benar.
Fast forward di hari ketiga, Tobias terkena penyakit kuning/jaundice. Tobias disinar 2 hari penuh di rumah sakit. Kebetulan, di rumah sakit tempat kami berada, kami bisa mendampingi bayi kami yang disinar. Jadi, kami tidak perlu berpisah dengan bayi saat treatment bayi. Juga di RS ada susu asi donor dan bayi kami minum asi donor (walo selalu ada pro contra apakah steril bersih, dll).
Kami memutuskan untuk pulang dari rumah sakit, setelah sedikit siap secara mental, juga setelah jahitan operasi caesar sudah saya agak enakan. Kebetulan kami bayar pribadi, jadi kami bebas menentukan tanggal pulang kami. Biaya lahiran Rp 26.5 juta dan biaya fototerapi karna kuning sekitar Rp 6 juta.
Kami pulang tanggal 25 Juni 2021. Saat itu, suami merasa agak tidak enak badan. Alhasil setelah tes antigen dan PCR, suami saya positif covid. Mungkin terkena virus itu di rumah sakit, karena suami mondar mandir di RS untuk urus administrasi dan juga mengambil makanan gofood/grab di pintu masuk RS yang cukup penuh dengan pengunjung.
2 minggu karantina, dan saya mengurus bayi sendiri (juga saya full pumping). Capek tapi hepi deh, moment yang ga bakal bisa dilupakan karena waktunya kejar-kejaran.
Saya juga panggil suster laktasi untuk pijat laktasi sekalian memandikan dan pijat bayi. (bener-bener meringankan saya juga) dan juga di rumah ada ART yang bantu untuk bersih-bersih dan cuciin baju bayi juga. Saya bener-bener ga bayangin ibu-ibu di luar sana yang bisa merawat bayi newborn tanpa bantuan siapapun. Bener-bener two thumbs up!
Selama 2 minggu ya hanya bisa video call dengan suami. Beruntung, berat bayi naik setiap harinya walopun lahir dengan berat badan rendah (pada akhirnya catch up juga beratnya).
Setelah 2 minggu karantina, suami tes lagi dan sudah dinyatakan sembuh. Kami berkumpul dan suami membantu menata ruangan, membeli laci/lemari karena barang kami banyak dan cukup berantakan hehehe.
Saya juga rutin menjemur Tobias, namun ternyata jemurnya tidak cukup dan Tobias kuning kedua kalinya dan masuk RS tanggal 15 Juli 2021. Usut punya usut, jemur mataharinya tidak cukup panas. Saya dapat masukan kalo jemur harus panas banget mulai jam 8 pagi saat matahari terik dan saya jemur 30 menit setiap hari. Wah sampe gosong dan keringetan deh pokoknya! Nginep di RS sekitar 3 hari dan bayar sekitar Rp 5 juta.
Dijemur sampe gosong, bener sih ternyata penyakit kuningnya ga kambuh lagi. Sejak itu Tobias sehat dan tumbuh dengan baik.
Flash back ke semua drama kehidupan di atas, saya merasa semua bisa terlewatkan dengan baik hanya karena kemurahan Tuhan. Sebagai orang tua baru, kami hanya bisa pasrah dan menjalani. Hasilnya bagaimana, kita ga pernah tahu.
Sekian post kali ini, sampai jumpa di post selanjutnya!